Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang berkaitan dengan ciri-ciri dan perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian tubuh.
Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik.
Ahli patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan
ahli patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologi tubuh.
Patologi adalah kajian dan diagnosis penyakit melalui pemeriksaan organ, jaringan, cairan tubuh, dan seluruh tubuh (autopsi).
Patologi juga meliputi studi ilmiah terkait proses penyakit, disebut patologi umum.
Patologi medis dibagi menjadi dua cabang utama, patologi anatomi dan patologi klinik.
Patologi umum, juga disebut investigasi patologi, eksperimental
patologi atau teoretis patologi, merupakan luas dan kompleks lapangan
ilmiah yang berusaha untuk memahami mekanisme cedera sel dan jaringan,
seperti tubuh sarana untuk menanggapi dan memperbaiki cedera.
Bidang studi termasuk adaptasi selular cedera, nekrosis, peradangan,
penyembuhan luka dan neoplasia. Itu membentuk dasar patologi, penerapan
pengetahuan ini untuk mendiagnosis penyakit pada manusia dan hewan.
patologi anatomi
Patologi anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel. Di banyak negeri, dokter yang berpraktik patologi dilatih dalam patologi anatomi dan patologi klinik, diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh.
Patolog anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang
berguna secara klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang umumnya
melibatkan pemeriksaan visual kasar dan mikroskopik
pada jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang
dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada
dan di sekeliling sel. Kini, patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk memperoleh informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama.
Di Indonesia, jumlah dokter patologi anatomi belum banyak, hanya sekitar 220 orang.[1] Dokter spesialis ini diberi gelar SpPA.
Spesimen paru kasar. Permukaan yang dipotong memperlihatkan pola sarang madu pada fibrosis paru stadium akhir.
Keahlian dan prosedur
Prosedur yang digunakan dalam patologi anatomi termasuk:
- Pemeriksaan kasar – pemeriksaan jaringan yang sakit dengan mata telanjang, yang khususnya penting untuk fragmen jaringan yang besar, karena penyakit itu sering dapat dikenali secara visual. Pada tingkat ini jualah patolog memilih daerah yang akan diproses untuk histopatologi. Kadang-kadang mata dapat diberi suryakanta atau mikroskop stereo, khususnya saat memeriksa organisme parasit.
- Histopatologi – pemeriksaan mikroskopik pada salah satu bagian jaringan yang dicat menggunakan teknik histologis. Cat standar adalah hematoksilin dan eosin, namun lainnya juga ada. Pemakaian kaca mikroskop yang dicat dengan hematoksilin dan eosin untuk menyediakan diagnosis spesifik berdasarkan pada morfologi dianggap sebagai keahlian inti patologi anatomi. Ilmu yang mempelajari pengecatan bagian jaringan disebut histokimia.
- Imunohistokimia – menggunakan antibodi untuk mendeteksi keberadaan, keberlimpahan, dan lokalisasi protein spesifik. Teknik ini penting untuk membedakan antara gangguan dengan morfologi yang mirip dan juga mencirikan sifat-sifat molekuler kanker tertentu.
- Hibridisasi in situ – molekul DNA dan RNA spesifik dapat dikenali pada bagian yang menggunakan teknik ini. Bila probe dilabeli dengan celupan berpendar, teknik ini disebut FISH.
- Sitopatologi – pemeriksaan sel-sel lepas yang dicat pada kaca menggunakan teknik sitologi.
- Mikroskopi elektron – pemeriksaan jaringan dengan mikroskop elektron, yang memungkinkan pembesaran yang jauh lebih besar, memungkinkan visualisasi organel dalam sel. Penggunaannya telah banyak digantikan oleh imunohistokimia, tapi sering diumumkan untuk tugas tertentu, termasuk diagnosis penyakit ginjal dan pengenalan sindrom silia imotil di antara lainnya.
- Sitogenetika jaringan - visualisasi kromosom untuk mengenali cacat genetik seperti translokasi kromosom.
- Imunofenotipe arus - penentuan imunofenotipe sel menggunakan teknik sitometri arus. Amat berguna untuk mendiagnosis jenis-jenis leukemia dan limfoma yang berbeda.
Cabang ilmu
Patologi bedah
Patologi bedah
adalah daerah praktik terpenting dan memakan waktu bagi kebanyakan
patolog anatomi. Patologi bedah melibatkan pemeriksaan kasar dan
mikroskopik spesimen bedah, seperti biopsi yang dibawa oleh dokter bukan bedah seperti dokter penyakit dalam, kulit, dan radiolog intervensi.
Sitopatologi
Sitopatologi
adalah cabang ilmu patologi anatomi yang berurusan dengan pemeriksaan
mikroskopis atas sel seseorang secara keseluruhan yang diperoleh dari
usapan atau aspirasi jarum tajam. Sitopatolog dilatih untuk melakukan
aspirasi jarum tajam dari organ, massa, ataupun kista
yang terletak di permukaan, dan sering bisa memuat diagnosis segera
dalam kehadiran pasien dan dokter yang mengajukan konsul. Dalam kasus
uji tapis seperti apus Papanicolaou,
sitoteknolog yang bukan dokter sering diminta melakukan tinjauan awal,
dengan kasus yang satu-satunya positif maupun tak pasti yang diuji oleh
patolog.
Patologi molekuler
Patologi molekuler adalah cabang ilmu yang tumbuh dalam patologi anatomi yang berfokus pada penggunakan teknik berdasar asam nukleat seperti hibridisasi in situ, reaksi berantai polimerase
transkriptase balik, dan mikroarray asam nukleat untuk studi penyakit
khusus pada jaringan dan sel. Patologi molekuler menerima beberapa aspek
praktis patologi anatomi dan klinik, dan kadang-kadang dianggap bidang
"lintas ilmu".
Patologi autopsi
Patolog anatomi umum dilatih melakukan autopsi, yang digunakan untuk menentukan berbagai faktor yang menyebabkan kematian seseorang. Otopsi penting dalam pendidikan medis para klinikus, dan dalam usaha untuk memperbaiki dan memverifikasi kualitas perawatan medis. Diener
adalah tokoh bukan dokter yang membantu patolog pada porsi otopsi
diseksi kasar. Otopsi mewakili kurang dari 10% beban kerja patolog di Amerika Serikat.[2] Namun, autopsi adalah pusat persepsi publik di bidang ini, khususnya karena penggambaran patolog di acara televisi seperti Quincy, M.E. dan Silent Witness.
Patologi forensik
Patolog forensik
menerima pendidikan subspesialis dalam menentukan penyebab kematian dan
informasi lain yang relevan secara hukum dari tubuh seseorang yang mati
dalam keadaan non-medis maupun kemungkinan kejahatan.
Autopsi mencakup kebanyakan, namun tak semua kerja patolog forensik
yang berpraktik, dan patolog forensik adakalanya berkonsultasi untuk
memeriksa yang selamat dari serangan kejahatan.
Latar praktik patologi anatomi
- Patologi anatomi akademik dilakukan di pusat kesehatan universitas oleh seorang patolog yang juga pengajar universitas. Mereka juga memiliki tanggung jawab yang beragam yang termasuk mendidik residen patologi, mengajar, mahasiswa kedokteran, mengadakan penelitian dasar, klinik, ataupun penerjemahan, dan/atau menjalankan tugas administratif, di samping parktek patologi anatomi diagnostik. Patolog di latar akademik sering mengkhususkan diri di daerah tertentu patologi anatomi dan bisa bertindak sebagai konsultan bagi patolog lain yang menyangkut kasus di daerah keahlian khusus mereka.
- Praktek kelompok adalah model praktik paling tua. Dalam susunan ini, sekelompok patolog senior akan mengendalikan kemitraan yang mempekerjakan patolog yunior dan mengadakan perjanjian independen dengan rumah sakit untuk menyediakan layanan diagnostik, juga menarik bisnis penyerahan dari klinikus setempat yang berpraktik di luar pasien. Kelompok ini sering memiliki laboratorium histologi dan uji jaringan tambahan, dan dapat memegang kontrak untuk menjalankan laboratorium yang dimiliki RS. Banyak patolog yang berpraktik dalam latar ini dididik dan mendapatkan sertifikat dalam patologi anatomi dan patologi klinik, yang memungkinkan mereka mengawasi bank darah, laboratorium kimia klinik, dan laboratorium mikrobiologi klinik juga.
- Penyedia hukum layanan patologi anatomi besar telah muncul pada tahun-tahun terkini, paling terkenal AmeriPath di Amerika Serikat. Dalam model ini, patolog adalah pekerja, bukannya mitra independen. Model ini telah dikritik karena mengurangi kebebasan dokter, namun pembelanya menyatakan bahwa ukuran praktik tersebut yang besar memungkinkan ekonomi skala dan spesialisasi yang lebih luas, juga volume yang cukup untuk mendukung metode tes yang lebih khusus.
- Kelompok multispesialis, yang terdiri atas dokter dari spesialisasi klinik seperti radiologi dan patologi, merupakan model praktik lain. Dalam beberapa kasus, semuanya bisa menjadi kelompok besar yang dikendalikan oleh HMO ataupun organisasi perawatan kesehatan besar lainnya. Di pihak lain, mereka sebenarnya adalah praktik kelompok klinikus yang mempekerjakan patolog untuk menyediakan layanan diagnostik untuk kelompok itu. Kelompok tersebut bisa memiliki laboratorium sendiri, atau, dalam beberapa kasus, bisa membuat susunan kontroversial dengan "pod lab" yang memungkinkan klinikus menyewa ruang, dengan kelompok klinikus yang menerima pembayaran asuransi langsung untuk layanan patologi.
Patologi klinik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Patologi klinik adalah bagian dari ilmu kedokteran klinik yang ikut mempelajari masalah diagnostik dan terapi, ikut meneliti wujud dan perjalanan penyakit pada seorang penderita atau bahan yang berasal dari seorang penderita.[1] Untuk itu patologi klinik merupakan pemeriksaan morfologis, mikroskopis, kimia, mikrobiologis, serologis, hematologis, imunologis, parasitologis, dan pemeriksaan laboratorium lainnya.[1] Patologi klinik merupakan cabang dari ilmu patologi, berbeda dari cabang ilmu patologi lainnya, yaitu patologi anatomi, yang mempelajari mengenai anatomi jaringan yang terinfeksi.[2]
Ilmu patologi klinik menekankan penelitiannya pada diagnosis, pemulihan, dan pencegahan berbagai jenis penyakit.[3] Secara umum, pemeriksaan suatu penyakit dideteksi berdasarakan perubahan berbagai jenis proses biokimia yang berlangsung di dalam tubuh pasien.[3] Sampel yang umumnya digunakan untuk pemeriksaan di laboratorium adalah cairan tubuh seperti urine dan darah.[3] Patologi klinik dapat digunakan untuk pemeriksaan berbagai jenis penyakit hati terinduksi pemakaian obat tertentu, HIV, kanker, deteksi kelainan pada paru-paru, dan gangguan metabolisme ion besi di dalam tubuh.[4]
Pemeriksaan tersebut pada umumnya melibatkan serangkaian tes
berkelanjutan, seperti analisis mikroskopis, uji imunologis,
hematologis, dan radiologis sehingga memakan waktu yang cukup lama.[4]
atologi forensik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Patologi forensik (Inggris: forensic) berasal dari bahasa Latin, forum, adalah cabang patologi berkaitan dengan penentuan penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan atas mayat (autopsi). Autopsi mayat dilakukan oleh patolog atas permintaan pejabat berwenang dalam kerangka investigasi
terhadap kasus kejahatan atau kasus perdata pada beberapa wilayah
hukum. Melalui patolog forensik identitas mayat umumnya dapat
dikonfirmasikan.
Patologi veteriner
Kedokteran hewan merupakan salah satu jenis ilmu dan praktik kedokteran, yang melakukan diagnosis, terapi, dan pencegahan penyakit pada hewan. Secara umum, semua jenis hewan dapat dikategorikan sebagai pasien, baik hewan domestik maupun liar.
Istilah
Dalam bahasa Inggris, kedokteran hewan disebut veterinary medicine, sedangkan dokter hewannya sendiri disebut veterinary physician yang disingkat menjadi veterinarian (American English) atau veterinary surgeon (British English).
Istilah ini berasal dari bahasa Latin, veterinarius. Veterinarius adalah nama yang diberikan kepada sekelompok orang yang bertugas untuk mengurusi veterinae (hewan pekerja).
Sejarah
Pada masa peradaban kuno, hewan yang paling diperhatikan kesehatannya adalah kuda,
karena mereka banyak dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan
peperangan (bagian dari pasukan kavaleri). Lama-kelamaan, kesehatan sapi dan hewan ternak lainnya mulai diperhatikan.
Anjing
baru mendapatkan fokus pada zaman modern, saat perekonomian dunia mulai
tumbuh dan peperangan mulai berhenti, yang kemudian disusul oleh hewan
kesayangan lainnya. Saat anjing dan kucing telah menjadi kesayangan yang umum dipelihara, beberapa orang kemudian mencoba memelihara hewan eksotik di rumah.
Interaksi antara hewan dan manusia telah berlangsung selama ribuan
tahun. Dimulai saat manusia pertama kali bertemu dengan hewan dan
berusaha menjinakkan mereka.
Zaman Prasejarah
Pada awal masa kehidupan, hewan hidup secara liar di habitatnya
masing-masing, terpisah dengan manusia. Ilmu sejarah mengajarkan pada
kita bahwa pada zaman batu, manusia hidup dengan cara berburu dan
mengumpulkan makanan. Di era ini, hewan-hewan liar diburu oleh manusia
untuk dijadikan makanan.
Saat zaman berubah menjadi zaman bertani dan bercocok tanam, manusia
mengubah gaya hidup menjadi agraris. Mereka tak lagi menggantungkan
seluruh hidupnya dengan cara berburu hewan dan memetik tumbuhan.
Manusia mulai berpikir untuk merawat dan mengembangkannya sendiri di
lingkungan mereka Orang-orang melihat bahwa hewan liar dapat
dimanfaatkan untuk membantu kehidupan. Sejak saat itu dimulailah masa
domestikasi hewan dan tumbuhan.
Secara sederhana, domestikasi adalah suatu usaha untuk menjadikan
hewan (atau tumbuhan) dapat hidup dan tinggal bersama-sama dengan
manusia.
Berbagai penelitian arkeologis dan genetis menyatakan bahwa anjing adalah spesies hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Hewan ini didomestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu. Sementara itu, bangsa Mesir kuno yang sangat menjunjung tinggi kucing, diperkirakan melakukan domestikasi pada kucing pada tahun 8000 SM.
Ada beberapa poin penting yang harus dicatat sehubungan dengan proses domestikasi hewan :
- Seekor hewan dikatakan sebagai hewan domestik apabila ia mampu hidup, tinggal dan berkembang biak di lingkungan kehidupan manusia.
- Hewan domestik berasal dari satwa yang hidup liar di alam.
- Satwa liar masih bersifat buas, sedangkan hewan domestik lebih toleran terhadap manusia.
- Pada hewan domestik telah terjadi perubahan sifat secara genetis sehingga ia berbeda dengan nenek moyangnya yang liar dan buas.
- Apabila hewan domestik berkembang biak, keturunan yang dihasilkannya harus memiliki sifat yang sama dengan induknya. Bersikap lebih tenang dan toleran terhadap manusia.
Berbagai spesies hewan pun didomestikasi oleh berbagai peradaban di
berbagai belahan bumi. Sejak saat itu, tubuh dan kesehatan hewan mulai
diperhatikan. Baik sebagai usaha untuk mengobati penyakit hewan, atau
sebagai bahan studi perbandingan dengan tubuh manusia.
Zaman Pertengahan
Aristoteles, salah satu dari tiga filosof terbesar Yunani
kuno, dikenal sebagai bapak kedokteran hewan karena ia adalah orang
pertama yang melakukan penelitian mendalam mengenai hewan. Aristoteles
meneliti berbagai jenis hewan. Mencatat hal-hal yang ia temukan.
Menuliskan hasil penelitiannya itu dalam berbagai buku-bukunya, yang
dijadikan acuan untuk pengembangan ilmu selanjutnya.
Aristoteles menulis banyak buku yang selanjutnya digunakan selama
ratusan tahun sebagai dasar ilmu pengetahuan dalam memahami hewan.
Beberapa judul buku yang ditulisnya antara lain the history of animals, the parts of animals, dan the generation of animals. Namun karyanya dalam bidang biologi yang paling besar adalah The Ladder of Life. Buku yang mengelompokkan hewan menjadi berbagai tingkatan, ibarat sebuah tangga, berdasarkan fungsi dan kompleksitas tubuhnya.
Aristoteles membagi hewan dan tumbuhan
dalam 11 kelompok anak tangga. Semakin kompleks makhluk hidup tersebut,
semakin tinggi pula posisinya. Tumbuhan berada pada posisi paling
bawah. Bagian tengah diisi oleh hewan yang bertelur. Bagian atas diisi
oleh hewan yang melahirkan. Sedangkan manusia berada pada puncak tangga tersebut.
Walaupun klasifikasi Aristoteles
ini tergolong tidak akurat jika dibandingkan dengan pengetahuan masa
kini. Namun hasil kerjanya menjadi dasar utama teori ilmiah pada sejarah
ilmu biologi. Jauh sebelum munculnya tokoh seperti Darwin dan Linnaeus.
Ashoka the Great, salah satu emperor terbesar India,
merupakan penguasa yang sangat peduli dengan kesejahteraan seluruh
rakyatnya, baik manusia maupun hewan. Sebagai penguasa, ia menyediakan
pelayanan medis pada manusia dan hewan,
mendirikan klinik untuk manusia dan hewan secara berdampingan, melarang
pemotongan dan konsumsi sapi dan hewan-hewan lainnya, terutama bagi
keluarga kerajaan.
Di bawah pemerintahan Ashoka, Mauryan Empire dikenal sebagai
“Salah satu dari sedikit pemerintahan di dunia yang memperlakukan hewan
sebagai rakyatnya, dengan memberi mereka perlindungan yang sama terhadap
manusia”.
Zaman Modern
Walaupun berbagai buku tentang anatomi, fisiologi, dan taksonomi
hewan telah ditulis dan dipelajari, namun usaha untuk menjadikan
kedokteran hewan sebagai bidang ilmu formal dan profesi yang legal, baru
dimulai sejak abad ke-18. Usaha ini dirintis oleh seorang bangsawan Prancis yang bernama Bourgelat.
Claude Bourgelat (1712-1779) adalah orang yang mendirikan sekolah kedokteran hewan pertama di dunia, yang terletak di Lyon, Prancis. Bourgelat adalah seorang ahli kuda.
Karena ketertarikan dan pengetahuannya yang mendalam mengenai kuda, ia
diangkat menjadi direktur akademi berkuda Lyon. Bourgelat juga belajar
tentang metodologi ilmiah untuk melakukan pembedahan, meneliti anatomi
kuda. Bekerja sama dengan para dokter bedah di Lyon.
Dari sini, ia melihat bahwa terdapat banyak kesamaan antara tubuh
manusia dan hewan, sehingga ia mempertimbangkan kemungkinan adanya
profesi dokter hewan. Ia akhirnya aktif dalam kegiatan ilmuwan. Menjadi
penulis artikel-artikel tentang kuda di ensiklopedia Prancis.
Pada saat itu, abad ke-18. Penyakit-penyakit pada hewan ternak melanda benua Eropa. Salah satu penyakit yang sedang mewabah adalah cattle plague atau rinderpest. Bourgelat akhirnya berhasil meyakinkan Raja Louis XV, penguasa absolut Prancis
saat itu, akan pentingnya mendirikan sekolah dokter hewan, untuk
memberi pendidikan kepada masyarakat tentang ilmu kedokteran hewan, yang
akan menguntungkan negara dalam memerangi penyakit seperti rinderpest
ini.
Sang raja lalu mengabulkan permintaannya. Pada tahun 1761, Bourgelat diberi sebidang tanah di Lyon
untuk mendirikan sekolah kedokteran hewan dan ia sendiri ditunjuk
menjadi direkturnya. Sejak saat itu dimulailah usaha dalam menggali dan
menyebarkan ilmu pengetahuan dan pengobatan penyakit pada hewan
domestik. Dimulai dari Lyon, lalu ke Alford (daerah kecil dekat Paris), dan kemudian menyebar ke kota-kota lain di daratan Eropa, hingga ke seluruh dunia.
Kedokteran Hewan di Indonesia
Kedokteran hewan merupakan suatu profesi yang resmi dan legal yang dipelajari melalui pendidikan di tingkat universitas.
Pendidikan ini terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah
pendidikan sarjana (S-1) yang biasanya ditempuh selama delapan semester.
Setelah menyelesaikan tahap ini, seseorang akan mendapatkan gelar
sarjana kedokteran hewan (S.K.H.). Tahap kedua adalah pendidikan profesi
(koas) yang biasanya memerlukan waktu 1,5 tahun. Setelah menyelesaikan
koas, seseorang baru akan mendapatkan gelar dokter hewan (drh).
Pendidikan kedokteran hewan di Indonesia mempunyai sejarah yang
panjang. Program pengembangan peternakan di zaman Belanda dahulu,
terutama ternak besar, memerlukan tenaga-tenaga ahli kesehatan hewan,
yang pada masa itu (pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke-20) amat
langka. Pada tahun 1851 tercatat hanya ada dua orang dokter hewan bangsa
Belanda. Sementara berbagai penyakit menular, termasuk rinderpest,
berjangkit di Indonesia.
Melihat keadaan itu Pemerintah Penjajahan Hindia Belanda membuka
sebuah sekolah dalam bidang kedokteran hewan di Surabaya pada tahun 1861
di pimpin oleh Dr. J. van der Weide. Siswa yang diterima adalah para
”bumiputra”, dengan lama pendidikan dua tahun. Namun ternyata upaya ini
kurang berhasil, karena selama sembilan tahun hanya delapan orang
”Dokter Hewan Bumiputra” (Inlandsche Veearts) yang dihasilkan. Akhirnya
sekolah itu ditutup pada tahun 1875.
Namun pendidikan dokter hewan dilanjutkan dalam bentuk lain, yaitu
berupa magang pada ”Dokter Hewan Gubernemen” (Gouvernements Veearts =
Dokter Hewan Pemerintah). Dalam periode 1875 – 1880 tercatat ada
sembilan pemuda ”bumiputra” yang magang pada tujuh orang dokter hewan
Gubernemen, delapan orang di antaranya pada tahun 1880 diluluskan
sebagai ”Inlandsche Veearts”.
Meskipun pengetahuan dan kemampuan para dokter hewan ”bumiputra” itu
dinilai sangat memuaskan, namun pemerintah dalam hal ini Departemen
Kepamongprajaan (Binnenlands Bestuur), berpendapat pendidikan dokter
hewan perlu diselenggarakan secara intensif. Maka Direktur B.B lalu
mengusulkan agar pendidikan dokter hewan ini diselenggarakan seperti
halnya pendidikan ”Dokter Bumiputra” (Inlandsche Geneeskundige) pada
STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen = Sekolah Dokter
Djawa). Bahkan diusulkan pula agar pendidikan dasarnya disatukan saja
dengan STOVIA. Meskipun usul ini pada prinsipnya disetujui oleh Menteri
Urusan Jajahan (Minister van Kolonien) pada pemerintah Kerajaan di
Negeri Belanda, namun karena keberatan yang sangat dari Direktur
Departemen Pendidikan Keibadatan dan Kerajinan (Onderwijs, Eeredienst en
Nijverheid) maupun dari Direktur STOVIA, usul tadi tidak jadi
dilaksanakan.
Baru pada tahun 1907 ada perkembangan yang melincinkan jalan menuju
pendidikan kedokteran hewan yang mantap. Atas usul Prof. Melchior Treub,
Direktur Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Landbouw,
Nijverheid en Handel) Pemerintah mendirikan Laboratorium Veteriner
(Veeartsenijkundig Laboratorium) yang telah lama direncanakan oleh Dr.
de Does. Pada Laboratorium ini kemudian digabungkan kursus untuk
mendidik dokter hewan bumiputra. Kursus ini dibuka pada bulan Mei 1907
(seingat Prof. Soeparwi, Dekan FKHP UGM, tanggalnya adalah 22 Mei)
dengan nama : ”Cursus tot Opleiding van Inlandsche Veearstsen”. Lama
pendidikan ditetapkan empat tahun, dan siswanya adalah lulusan HBS 3
tahun atau MULO (setingkat SMP sekarang) dan sekolah-sekolah lain pada
waktu itu yang dianggap sederajat. Dua orang siswa pertamanya ternyata
lulusan MLS (Middelbare Landbouwschool = Sekolah Pertanian Menengah
Atas) yang sebenarnya setingkat dengan SMU. Oleh karenanya mereka
langsung diterima ditingkat III.
Kursus ini mulanya ada di bawah pengawasan (superintendentie) Dr.
Koningsberger, Kepala Kebun Raya dan Museum Zoologi Bogor. Pada tahun
1908 Dr. L de Blieck didatangkan dari Belanda untuk memimpim
Laboratorium Veteriner, dan setahun kemudian (1909) dia diserahi pula
memimpin kursus.
Pada tahun 1910 nama kursus diubah menjadi ”Inlandsche
Veeartsenschool” (Sekolah Dokter Hewan Bumiputra) dan sebutan Kepala
Sekolahnya menjadi Direktur, yang masih tetap dijabat oleh Dr. de Blieck
merangkap sebagai Kepala Labotatorium. Kemudian pada tahun 1914 nama
sekolah itu diubah lagi menjadi ”Nederlands Indische Veeartsenschool”
(NIVS) atau Sekolah Dokter Hewan (SDH) dengan ketentuan bahwa sekolah
ini tidak hanya untuk siswa-siswa bumiputra melainkan juga terbuka bagi
golongan lain. Perkembangan selanjutnya ternyata malah ”mundur”, dengan
disatukannya lagi Sekolah dengan Laboratorium, menjadi
”Veeartsenijkundig Instituut” (VI) atau Lembaga Veteriner. Namun
akhirnya pada tahun 1919 Sekolah dipisahkan dari Lembaga sehingga
berdiri sendiri dan dapat berkembang sebaik-baiknya. Di bawah
kepemimpinan de Blieck NIVS ditingkatkan mutunya, antara lain dengan
memasukkan pelajaran bahasa Jerman agar para siswa dapat menggunakan
buku-buku kedokteran hewan berbahasa Jerman. Perlu pula dicatat bahwa
sejak tahun 1920 lulusan NIVS diterima di Fakultas Kedokteran Hewan di
Utrecht, negeri Belanda, langsung di tingkat III.
Pada awal tahun 1942 bala tentara Jepang menyerbu Hindia Belanda.
Segenap daerah Indonesia dikuasai tentara Jepang. Roda pemerintahan
militer berjalan di bawah kekaisaran Jepang. Sekolah Dokter Hewan di
Bogor dibuka kembali dengan nama Bogor Semon Zui Gakko. Keadaan ini
berlangsung hingga pertengahan tahun 1945, ketika Jepang menyerah kepada
Sekutu setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sekolah Dokter Hewan
Bogor dibuka kembali dan kemudian dinaikkan statusnya menjadi lembaga
pendidikan tinggi dengan nama Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH)
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kemakmuran No. 1280 a/Per. tanggal
20 September 1946. Lama pendidikan ditetapkan lima tahun. Kenaikan
status itu dipersiapkan dan diusulkan oleh Panitia Pendirian Perguruan
Tinggi Kedokteran Hewan yang diangkat oleh Menteri Kemakmuran. Sebagai
Pimpinan diangkat Dr. Mohede dengan sebutan Rektor Magnifikus. PTKH
dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Moh. Hatta bulan November 1946.
(teks pidato Bung Hatta tersimpan oleh almarhum Prof. Mukhlis, yang pada
waktu peresmian itu masih duduk di tingkat I. Sewaktu saya menjabat
Dekan tahun 1990 teks itu diberikan kepada saya, namun pada saat ini
saya tidak tahu teks itu ada di mana-Penulis).
Pada tahun 1947 krisis diplomatik antara pemerintah Republik
Indonesia dengan Kerajaan Belanda mencapai puncaknya. Tentara Belanda
menyerbu daerah-daerah Republik yang kemudian dikenal sebagai ”negara”
termasuk ”negara Jawa Barat”, yang dimaksudkan agar kelak akan merupakan
bagian dari ”Negara Federal”. Maka dihentikanlah aktivitas PTKH, dan
beberapa orang mahasiswanya mengungsi ke daerah Republik di Jawa Tengah.
Ada pendapat bahwa sebenarnyalah PTKH tidak pernah secara resmi
dinyatakan ditutup pada waktu itu. Bahkan atas persetujuan Rektor PTKH
dan Kementerian Kemakmuran, di Klaten pada tahun 1947 dibuka ”kelas
dalam pengasingan” untuk tingkat pertama dari Perguruan Tinggi
Kedokteran Hewan Republik Indonesia (PTKH-RI). Ketika pecah ”clash”
kedua dan Ibu Kota RI Yogyakarta diserbu oleh pasukan para (pasukan
payung) Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, PTKH-RI ditutup. Setelah
Yogyakarta diserahkan kembali kepada Pemerintah RI maka pada 1 November
1949 PTKH dibuka kembali tetapi pindah dari Klaten ke Yogyakarta. Pada
tanggal 19 Desember 1949 semua perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta
bergabung menjadi Universitit Gajah Mada, dan PTKH-RI menjelma menjadi
Fakultit Kedokteran Hewan UGM.
Sementara di Bogor pada bulan Mei 1948 pemerintah Federal membentuk
”Faculteit der Diergeneeskunde (Fakultas Kedokteran Hewan), setelah
sebelumnya (tahun 1947) membentuk Faculteit voor Landbouw Wetenschappen
(Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian). Setelah perundingan di Komperensi Meja
Bundar (KMB) mencapai sukses dan dilakukan pemulihan kedaulatan (27
Desember 1949), maka pada tanggal 3 Februari 1950 secara resmi
dibentuklah Universitet Indonesia yang meliputi fakultas-fakultas di
Jakarta, (Hukum, Ekonomi, Kedokteran, Sastra), Bogor (Pertanian,
Kedokteran Hewan) dan Bandung (Teknik, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam). Nama
Faculteit der Diergeneeskunde resmi menjadi Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitet Indonesia (FKH-UI).
Dengan peraturan pemerintah No. 10 tahun 1955 istilah fakultit (UGM)
dan Fakultet (UI) diseragamkan menjadi Fakultas. Kemudian dengan Surat
Keputusan No. 53759/Kab. tertanggal 15 September 1955 istilah
”Peternakan” disebut secara khusus dalam penamaan fakultas, sehingga
lengkapnya menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP).
Pada tahun 1961 dibuka Jurusan Perikanan Laut pada FKHP-UI bersama
dengan Jurusan Peternakan dan Jurusan Kesehatan Hewan dan nama fakultas
menjadi FKH PPL. Dua tahun kemudian, pada tanggal 1 September 1963
pemerintah membentuk Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan SK Menteri
PTIP No. 91 tahun 1963. Jurusan Peternakan ditingkatkan menjadi Fakultas
Peternakan dan Jurusan Perikanan Laut bersama dengan Jurusan Perikanan
Darat Fakultas Pertanian ditingkatkan menjadi Fakultas Perikanan. Maka
nama FKH PPL kembali menjadi hanya FKH lagi. Di UGM Fakultas Peternakan
didirikan pada bulan November 1969.
Sementara itu pada Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh pada tahun
1961 didirikan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Namun pada
perkembangannya aspek peternakannya bergabung dengan Fakultas Pertanian.
Pada Tahun 1969 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
membuka
Jurusan Kedokteran Hewan yang diasuh bersama oleh Universitas
Airlangga Surabaya dan Pemda Jawa Timur. Namun Jurusan ini tidak
dilanjutkan dan Universitas Airlangga mendirikan sendiri Fakultas
Kedokteran Hewan pada tahun 1972, dengan keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI No. 055/0/1972 tertanggal 25 Maret 1972. Terakhir
Universitas Udayana di Denpasar, membuka Program Studi Kedokteran Hewan
pada tahun 1983, yang sebelumnya merupakan Jurusan Kedokteran Hewan,
Fakultas Peternakan semenjak 1979. Program ini menginduk langsung kepada
Rektor sambil menunggu memperoleh status sebagai fakultas. Status
sebagai fakultas baru tercapai pada tahun 1997.
Patologi tumbuhan
Fitopatologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan akibat serangan patogen ataupun gangguan ketersediaan hara. Berasal dari gabungan kata bahasa Yunani: phyton berarti tumbuhan; pathos berarti sakit atau menderita; logos berati ilmu atau pengetahuan. Secara biologis tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis secara normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis,
penyerapan gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu tanaman sakit
juga tidak dapat menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya
hasil tinggi, morfologi yang normal dan lain-lain.
Studi ilmu penyakit tumbuhan meliputi studi tentang penyebab
penyakit, studi tentang interaksi antara penyebab penyakit - tumbuhan
inang dan lingkungan, studi tentang fisiologi tanaman sakit. Studi
penyakit tumbuhan dalam populasi tumbuhanya disebut epidemiologi.
Berdasarkan penyebabnya penyakit tumbuhan dikelompokkan dalam:
- penyakit yang disebabkan oleh penyebab non hidup (abiotik), penyakit demikian bersifat tidak menular (noninfectious), dan
- penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jasad hidup (biotik), yang bersifat menular.
Penyebab penyakit abiotik antara lain adalah kekurang unsur hara, suhu yang sangat rendah ataupun sangat tinggi, pencemaran (polusi). Penyekait tumbuhan biotik antara lain adalah jamur (fungi), bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan parasitik.
Fitopatologi di Indonesia
Di Indonesia, kegiatan penelitian penyakit tumbuhan telah berlangsung sejak era penjajahan Belanda (Hindia Belanda). Penelitian banyak ditujukan pada penyakit tanaman perkebunan yang diusahakan oleh Belanda, antara lain tebu, tembakau, karet, kopi, kakao dan lain-lain.
Peneliti dalam bidang ilmu ini kebanyakan adalah orang-orang Belanda,
sehingga saat awal kemerdekaan terjadi kekurangan tenaga peneliti.
Salah satu ahli ilmu penyakit tumbuhan pada awal kemerdekaan adalah
Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya, seorang Guru Besar pada Fakultas
Pertanian Universitas Indonesia di Bogor yang sekarang menjadi Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya jumlah ahli ilmu penyakit tumbuhan makin bertambah banyak, dan pada tanggal 3 - 5 Agustus 1970 mengadakan pertemuan di Perkebunan Teh Pagilaran (milik UGM, dan membentuk organisasi profesi bernama Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI).
Setiap dua tahun PFI menyelenggarakan Kongres dan Seminar Ilmiah; kongres terakhir pada tahun 2003 diselenggarakan di Purwokerto, Jawa Tengah. Pendiri organisasi yang saat ini masih ada kebanyakan telah purna tugas, mereka antara lain adalah Prof. Dr. Ir. Haryono Semangun (Guru Besar Emeritus Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir. Sutrisno Hadi (Guru Besar Emeritus Institut Pertanian Bogor) dan Prof. Dr. Mien Achmad Rifai (Guru Besar Universitas Indonesia).
Histologi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari cabang-cabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh, baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam bentuk histopatologi
ia berguna dalam penegakan diagnosis penyakit yang melibatkan perubahan
fungsi fisiologi dan deformasi organ. Sebagai contoh, di bidang kedokteran, kehadiran tumor memerlukan hasil pemeriksaan contoh (sampel) jaringan. Di bidang pertanian, pemeriksaan kondisi jaringan pengangkut dapat mendukung diagnosis serangan hawar daun tembakau.
Pembuatan sediaan (preparat)
Histologi sangat menggantungkan diri pada penggunaan mikroskop dan teknik penyediaan contoh jaringan.
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses dengan fiksatif
yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya,
membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan untuk
jaringan hewan (termasuk manusia) adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin
juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya
tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna kuning
dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan
asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk
karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan.
Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat untuk proses menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin
panas yang menginfiltrasi jaringan. Selama proses yang berlangsung
selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan menjadi keras
sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom.
Pemotongan dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan
ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca
objek untuk diwarnai.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer
akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa
digunakan adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma.
Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam
mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang
mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.
Klasifikasi histologis jaringan hewan
- epitelium: melapisi kelenjar, saluran pencernaan, kulit, dan beberapa organ seperti hati, paru-paru, ginjal
- endotelium: melapisi pembuluh darah dan pembuluh limfa
- mesotelium: melapisi rongga pleural, peritoneal, dan perikardial
- mesenkima: sel yang mengisi ruangan antarorgan, misal sel lemak, otot, dan tendon sel darah: terdiri dari sel darah merah dan darah putih, baik di limfa maupun limpa
- neuron: sel-sel yang membentuk otak, saraf, dan sebagian kelenjar seperti pituitari dan adrenal
- plasenta: organ terspesialisasi yang berperan dalam pertumbuhan fetus dalam rahim sang ibu
- sel induk: sel-sel yang dapat berkembang menjadi satu atau beberapa jenis sel di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar