Jumat, 04 Maret 2016

AYAM

Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat "ayam" saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar.
Dengan populasi lebih dari 24 milyar pada tahun 2003, Firefly's Bird Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur.
Sudut pandang tradisional peternakan ayam dalam domestikasi spesies ini termaktub dalam Encyclopædia Britannica (2007): "Manusia pertama mendomestifikasi ayam asal India untuk keperluan adu ayam di Asia, Afrika, dan Eropa. Tidak ada perhatian khusus diberikan ke produksi telur atau daging ... "

Biologi dan habitat

Telur ayam.
Ayam peliharaan berasal dari domestikasi ayam hutan merah (ayam bangkiwa, Gallus gallus) yang hidup di India. Namun demikian, pengujian molekular menunjukkan kemungkinan sumbangan plasma nutfah dari G. sonneratii, karena ayam hutan merah tidak memiliki sifat kulit warna kuning yang menjadi salah satu ciri ayam peliharaan.
Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek. Perkelaminan ini diatur oleh sistem hormon. Apabila terjadi gangguan pada fungsi fisiologi tubuhnya, ayam betina dapat berganti kelamin menjadi jantan karena ayam dewasa masih memiliki ovotestis yang dorman dan sewaktu-waktu dapat aktif.
Ayam jantan yang sedang berkokok di pagi hari.
Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di pohon.
Ayam berukuran kecil kadang-kadang dimangsa oleh unggas pemangsa, seperti elang.

Macam-macamnya

Karena ayam termasuk unggas peliharaan populer dan murah, muncul berbagai istilah teknis akibat kegiatan penangkaran dan peternakan ayam.
Berdasarkan fungsi
Menurut fungsinya, orang mengenal
  • ayam pedaging atau ayam potong (broiler), untuk dimanfaatkan dagingnya;
  • ayam petelur (layer), untuk dimanfaatkan telurnya;
  • ayam hias atau ayam timangan (pet, klangenan), untuk dilepas di kebun/taman atau dipelihara dalam kurungan karena kecantikan penampilan atau suaranya (misalnya ayam katai dan ayam pelung; ayam bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan ayam peliharaan sejati);
  • ayam sabung, untuk dijadikan permainan sabung ayam.
Istilah ayam sayur dipakai untuk ayam kampung atau ayam aduan yang selalu kalah, dan tidak diseleksi khusus sebagai ayam pedaging.
Berdasarkan ras
Ayam "bantam" adalah istilah bahasa Inggris untuk ayam katai atau setengah katai hasil seleksi.
Di Indonesia dikenal istilah ayam ras dan ayam bukan ras (buras, atau kampung). Dalam pengertian "ayam ras" menurut istilah itu yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang dikembangkan untuk usaha komersial massal, seperti Leghorn ("lehor"). Ke dalam kelompok ayam buras terdapat pula ras lokal ayam yang khas namun tidak dikembangkan untuk usaha komersial massal. Ayam-ayam ras lokal demikian sekarang mulai dikembangkan (dimurnikan) sebagai ayam sabung, ayam timangan (pet), atau untuk acara ritual. Berikut ini adalah ras lokal ayam di Nusantara yang telah dikembangkan untuk sifat/penampilan tertentu:
  • ayam pelung, ras lokal dan unggul dari Priangan (Kabupaten Cianjur) yang memiliki kokokan yang khas (panjang dan bernada unik), termasuk ayam hias;
  • ayam kedu (termasuk ayam cemani), ras lokal dan mulia dari daerah Kedu dengan ciri khas warna hitam legam hingga moncong dan dagingnya, termasuk ayam pedaging dan ayam hias;
  • ayam nunukan, ras lokal dan mulia dari Nunukan, Kaltim, dengan bentuk badan tegap dan ukuran besar, keturunan ayam aduan, termasuk ayam pedaging dan hias;
Ayam walik putih.
Terdapat pula beberapa istilah untuk menyebut penampilan fenotipe khas tertentu namun sifat itu tidak selalu eksklusif milik ras tertentu, seperti
  • ayam walik (frizzle), ayam dengan bulu yang tidak menutupi badan tetapi tegak berdiri;
  • ayam bali, ayam dengan leher tidak berbulu dan jambul di kepalanya, sekarang mulai dibiakmurnikan;
  • ayam katai (bantam), istilah umum untuk ayam dengan ukuran kecil (proporsi panjang kaki dengan ukuran badan lebih kecil daripada ayam "normal"), terdapat berbagai ras lokal dan ras murni seleksi yang masuk kategori ini;
  • ayam ketawa, ayam (jantan) seleksi dengan suara kokok terputus-putus seperti orang tertawa, diduga pertama kali sengaja diseleksi di Sulawesi Selatan, tetapi sekarang telah tersebar di berbagai tempat.

Ayam-hutan hijau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Ayam hutan hijau)
Ayam hutan hijau
Stavenn Gallus varius 0.jpg
Status konservasi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Phasianidae
Genus: Gallus
Spesies: G. varius
Nama binomial
Gallus varius
(Shaw, 1798)
Ayam hutan hijau (bahasa Latin = Gallus varius) adalah nama sejenis burung yang termasuk kelompok unggas dari suku Phasianidae, yakni keluarga ayam, puyuh, merak, dan sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama di berbagai tempat, seperti canghegar atau cangehgar (Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas atau tarattah (Md.).
Memiliki nama ilmiah Gallus varius (Shaw, 1798), ayam ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Green Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, atau Green Javanese Junglefowl, merujuk pada warna dan asal tempatnya.

Pemerian

Burung yang berukuran besar, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 60 cm pada ayam jantan, dan 42 cm pada yang betina.
Jengger pada ayam jantan tidak bergerigi, melainkan membulat tepinya; merah, dengan warna kebiruan di tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk dan mantel hijau berkilau dengan tepian (margin) kehitaman, nampak seperti sisik ikan. Penutup pinggul berupa bulu-bulu panjang meruncing kuning keemasan dengan tengah berwarna hitam. Sisi bawah tubuh hitam, dan ekor hitam berkilau kehijauan. Ayam betina lebih kecil, kuning kecoklatan, dengan garis-garis dan bintik hitam.
Iris merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki kekuningan atau agak kemerahan.

Penyebaran dan Kebiasaan

Ayam yang menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi hutan dan daerah dengan bukit-bukit rendah dekat pantai. Ayam-hutan Hijau diketahui menyebar terbatas di Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara termasuk Bali. Di Jawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m dpl, di Jawa Timur hingga 3.000 m dpl dan di Lombok hingga 2.400 m dpl.
Ayam betina
Pagi dan sore ayam ini biasa mencari makanan di tempat-tempat terbuka dan berumput, sedangkan pada siang hari yang terik berlindung di bawah naungan tajuk hutan. Ayam-hutan Hijau memakan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing, kodok dan kadal kecil.
Ayam ini kerap terlihat dalam kelompok, 2 – 7 ekor atau lebih, mencari makanan di rerumputan di dekat kumpulan ungulata besar seperti kerbau, sapi atau banteng. Selain memburu serangga yang terusik oleh hewan-hewan besar itu, Ayam-hutan Hijau diketahui senang membongkar dan mengais-ngais kotoran herbivora tersebut untuk mencari biji-bijian yang belum tercerna, atau serangga yang memakan kotoran itu.
Pada malam hari, kelompok ayam hutan ini tidur tak berjauhan di rumpun bambu, perdu-perduan, atau daun-daun palem hutan pada ketinggian 1,5 – 4 m di atas tanah.
Ayam hutan hijau berbiak antara bulan Oktober-Nopember di Jawa Barat dan sekitar Maret-Juli di Jawa Timur. Sarang dibuat secara sederhana di atas tanah berlapis rumput, dalam lindungan semak atau rumput tinggi. Telur 3-4 butir berwarna keputih-putihan.
Tak seperti keturunannya ayam kampung, Ayam-hutan Hijau pandai terbang. Anak ayam hutan ini telah mampu terbang menghindari bahaya dalam beberapa minggu saja. Ayam yang dewasa mampu terbang seketika dan vertikal ke cabang pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m atau lebih. Terbang mendatar, Ayam-hutan Hijau mampu terbang lurus hingga beberapa ratus meter; bahkan diyakini mampu terbang dari pulau ke pulau yang berdekatan melintasi laut.
Pagi dan petang hari, ayam jantan berkokok dengan suaranya yang khas, nyaring sengau. Mula-mula bersuara cek-kreh.. berturut-turut beberapa kali seperti suara bersin, diikuti dengan bunyi cek-ki kreh.. 10 – 15 kali, dengan jeda waktu beberapa sampai belasan detik, semakin lama semakin panjang jedanya. Kokok ini biasanya segera diikuti atau disambut oleh satu atau beberapa jantan yang tinggal berdekatan. Ayam betina berkotek mirip ayam kampung, dengan suara yang lebih kecil-nyaring, di pagi hari ketika akan keluar tempat tidurnya.

Ayam hutan dan manusia

Ayam hutan hijau adalah kerabat dekat leluhur ayam peliharaan, ayam hutan merah (Gallus gallus). Ayam hutan merah yang menyebar luas mulai dari Himalaya, Tiongkok selatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa. Pada pihak lain, ayam-hutan hijau tersebar di Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.
Ayam hutan dari Jawa Timur dikenal sebagai sumber tetua untuk menghasilkan ayam bekisar. Bekisar adalah persilangan antara ayam hutan hijau dengan ayam kampung. Bekisar dikembangkan orang untuk menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan ayam dengan kokok yang khas. Karena suaranya, ayam bekisar dapat mencapai harga yang sangat mahal. Bekisar juga menjadi lambang fauna daerah Jawa Timur.


Ayam kampung

Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut [1].
Ayam kampung tidak memiliki istilah ayam kampung petelur ataupun pedaging [1]. Hal ini disebabkan ayam kampung bertelur sebagaimana halnya bangsa unggas dan mempunyai daging selayaknya hewan pada umumnya[1].
Nama ilmiah untuk ayam kampung adalah Gallus domesticus[2]. Aktivitas peternakan ayam kampung telah ada sejak zaman dahulu [1].

Latar belakang

Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara [3]. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing [3].
Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan [3]. Namun, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung [3]. Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri)[3]. Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah [3].

Sejarah Perkembangan

Sejarah ayam kampung dimulai dari generasi pertama ayam kampung yaitu dari keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus)[4]. Jenis ayam kampung sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai.[5]. Pada saat itu, ayam kampung merupakan salah satu jenis persembahan untuk kerajaan sebagai upeti dari masyarakat setempat.[5] Keharusan menyerahkan upeti menyebabkan ayam kampung selalu diternakan oleh warga kampung dan menyebabkan ayam kampung tetap terjaga kelestariannya.[5] Di samping itu, ayam kampung memang sesuai dengan selera masyarakat setempat.[5] Kebiasaan beternak ayam kampung tersebutlah yang menyebabkan ayam ini mudah dijumpai di tanah air.[5] Sampai sekarang sistem upeti dalam arti perpindahan barang (ayam kampung) dari desa ke kota masih tetap ada.[5] Bedanya, saat ini perpindahan tersebut lebih bersifat bisnis.[5].!

Varietas

Ayam kampung mempunyai banyak varietas dan spesies, beberapa di antaranya yang penting yaitu :[6].

1. Ayam Kedu

Ayam kedu merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Magelang dan Temanggung atau eks. Kersidenan Kedu (Jawa Tengah)[6]. Berdasarkan penampilan warnanya, ayam kedu dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut [6].
a. Ayam Kedu Hitam
Ayam kedu hitam mempunyai penampilan fisik hampir hitam semua, tetapi kalau diamati secara teliti warnanya tidak terlalu hitam [6]. Penampilan kulit pantat dan jengger masih mengandung warna kemerah-merahan [6]. Bobot ayam kedu hitam jantan dewasa antara 2 kg–2,5 kg, sedangkan yang betinanya hanya 1,5 kg [6]. Ayam ini sering disamakan dengan ayam cemani karena tampak serba hitam [6].
b. Ayam Kedu Cemani
Ayam kedu cemani memiliki penampilan sosok tubuh hitam mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak (langit-langit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga hitam [6]. Sosok tubuh ayam kedu jantan dewasa tinggi besar dan bobotnya antara 3 kg-3,5 kg, sedangkan yang betina dewasa berbobot antara 2 kg-2,5 kg [6].
c. Ayam Kedu Putih
Ayam kedu putih ditandai dengan warna bulu putih mulus, jengger dan kulit mukanya berwarna merah, sedangkan kakinya berwarna putih atau kekuning-kuningan [6]. Jenggernya tegak berbentuk wilah [6]. Bobot ayam jantan kedu putih dewasa mencapai 2,5 kg [6]. Sedangkan bobot ayam kedu putih betina 1,2 kg–1,5 kg [6].
d. Ayam Kedu Merah
Ayam kedu merah ditandai dengan warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka dan jengger berwarna merah, sedangkan kulit badannya berwarna putih [6]. Sosok tubuh ayam kedu merah tinggi besar dengan bobot ayam jantan dewasa 3 kg-3,5 kg, Sedangkan bobot ayam betina 2 kg-2,5 kg [6].

2. Ayam Nunukan

Ayam nunukan disebut juga ayam Tawao. Ayam ini merupakan ayam lokal yang berkembang di Pulau Tarakan, Kalimantan Timur. Ayam nunukan diperkirakan berasal dari Cina [6]. Karakteristik ayam nunukan adalah warna bulunya merah cerah atau merah kekuning-kuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna [6]. Sementara paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan dengan jengger dan pial berwarna merah cerah. Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi delapan [6].
Stadium anak ayam sampai umur 45 hari cenderung berbulu kapas [6]. Berat badan ayam nunukan jantan dewasa 3,4 kg–4,2 kg, sedangkan yang betina 1,6 kg–1,9 kg [6].

3. Ayam Pelung

Ayam pelung merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat)[6]. Ayam pelung memiliki sosok tubuh besar dan tegap, temboloknya tampak menonjol [6]. Kakinya panjang, kuat, dan pahanya berdaging tebal [6]. Ayam pelung jantan memiliki Jengger berbentuk wilah yang besar, tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah [6]. Ayam pelung betina mempunyai jengger, tetapi jengger terseebut tidak berkembang dengan baik [6]. Ayam pelung jantan dewasa mempunyai bobot badan berkisar antara 3,5 Kg – 5,5 Kg, sedangkan yang betina 2,5 Kg – 3,5 Kg [6].

4. Ayam Sumatra

Ayam Sumatra
Ayam Sumatra merupakan ayam lokal dari Sumatera Barat [6]. Penampilan perawakannya tegap, gagah ,tetapi ukuran tubuhnya kecil. Ayam Sumatra jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya lebar [6]. Pipinya penuh (padat), keningnya tebal, dan pialnya menggantung ke bawah. Paruh ayam Sumatra umumnya pendek dan kukuh berwarna hitam, dengan cuping kecil dan berwarna hitam [6]. Ayam Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah dan berwarna merah [6]. Kulit muka juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu halus yang jarang [6]. Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2 Kg, sedangkan yang betina 1,5 Kg [6].

5. Ayam Belenggek

Ayam belenggek berasal dari Sumatera Barat, tepatnya dipedalaman Kabupaten Solok [6]. Ayam ini pandai berkokok dengan suara yang merdu dan iramanya bersusun-susun, panjang sampai terdiri atas 6-12 suku kata. Semakin panjang suku katanya, semakin panjang kokoknya [6].

6. Ayam Gaok

Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep [6]. Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di Cianjur (Jawa Barat)[6]. Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4 Kg, sedangkan yang betina 2 - 2,5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh besar, tegap dan gagah [6]. Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang besar dan warnanya merah [6]. Kakinya berwarna kuning [6]. Bulunya didominasi oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna lain, seperti merah dan hitam [6].

7. Ayam Samba

(ayam kampung asli berasal dari daerah kabupaten garut jawa barat)
Ciri khas ayam ini adalah badannya yg lebih besar dibandingkan dengan ayam kampung biasa. Kepala yg besar, paruh dan kaki berwarna kuning. Sepintas mirip ayam aduan. Keberadaan ras ayam murni ini sudah sangat langka dimasyarakat asal daerah tersebut akibat domestikasi alami akibat sistem pemeliharaan umbar/diliarkan dengan jenis ayam lain.namun kini beberapa praktisi sedang mengembang munikan ayam ras ini.

Sebagai sumber pangan

Ayam kampung disukai orang karena dagingnya yang kenyal dan "berisi", tidak lembek dan tidak berlemak sebagaimana ayam ras [7] Berbagai masakan Indonesia banyak yang tetap menggunakan ayam kampung karena dagingnya tahan pengolahan (tidak hancur dalam pengolahan)[7]. Selain itu daging ayam kampung memiliki keunggulan dibandingkan daging ayam broiler, karena kandungan nutrisi yang lebih tinggi [8] . Bagian Daging dada ayam ini termasuk makanan utama atlet binaraga [8] . Dagingnya mengandung 19 jenis protein dan asam amino yang tinggi [8]. Kadar lemaknya juga relatif lebih rendah bila dibandingkan daging pada bagian pahanya [8] Ayam kampung dipelihara oleh masyarakat terutama sebagai sumber protein hewani baik berupa telur maupun daging, di samping kotorannya juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman maupun pakan ikan.[7] Sebagai sumber protein hewani telur dan daging mengadung asam amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan berperan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat[9]. Oleh karena itu, agar ayam kampung dapat berproduksi dengan baik salah satunya harus diberikan pakan yang cukup. [10] Ayam kampung memerlukan komposisi nutrisi yang tepat, termasuk jika menginginkan ayam kampung yang memiliki tingkat produksi telur yang tinggi[1] Berat telur ayam kampung berkisar antara 26,27-55,4 gr dengan rataan 45,46. [11]

Pemeliharaan

Ada dua cara memelihara ayam kampung, yaitu dipelihara dengan dilepas bebas atau istilahnya diliarkan dan yang kedua dibudidayakan. [12]. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Diliarkan

Cara pemeliharaan ini pada umumnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan, cara ini disebut sebagai cara tradisional. yaitu dilepas bebas berkeliaran di kebun-kebun sekitar rumah [3].

Keunggulan

Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi dan menghemat biaya makanan [3] Umumnya ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan dilepas berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya.[3] Selebihnya ayam dianggap dapat mencari makan sendiri disekitar rumah [3].

Kelemahan

Kelemahannya di antaranya yaitu ayam lambat untuk berkembang lebih banyak, karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih tinggi [3]. Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi produktifitas.[3]. Kendali akan keberadaan ayam kurang, sehingga kemungkinan dimangsa predator maupun hilang lebih tinggi.[3]. Cara pemeliharan ini kurang produktif [12].

Dikandangkan

Semula hewan yang kini dipelihara hidup bebas di alam, di hutan, di pegunungan dan lautan lepas.[13] Jumlah hewan-hewan ini beraneka ragam, dan sifat-sifat kehidupannya pun bermacam-macam [13]. Jumlah yang banyak dan beragam itu tidak seimbang dengan jumlah manusia yang masih sedikit dan hidup di gua-gua terpencil untuk melindungi diri dari serangan binatang buas [13]. Kebutuhan untuk hidup mendorong manusia memanfaatkan tanaman dan binatang yang dapat ditangkap atau dibunuhnya [13]. Dari kegiatan itulah manusia mengalami proses belajar untuk mengenal hewan yang enak dimakan dan mudah ditangkap atau dibunuh [13]. Perbendaharaan manusia akan hewan konsumsi mulai bertambah [13]. Di antara hewan yang digemari, adalah hewan-hewan kecil yang mudah ditangkap atau dibunuh [13]. Proses terus berkembang dan kegemaran akan hewan-hewan konsumsi mulai meningkat pada usaha untuk dengan mudah memperoleh tanpa harus mencari-cari di hutan. Inilah penyebab timbulnya keinginan untuk memelihara hewan dengan cara dikandangkan [13]. Cara pemeliharan ini kurang produktif [12].
Kandang adalah tempat tinggal hewan yang dipelihara, salah satunya ayam, tempat berlindung dari terik matahari dan hujan, tempat mendapat pakan dan minum, mendapat jaminan kesehatan dan aman dari gangguan hewan pemangsa lainnya serta orang-orang jahat [12]. Oleh karena itu kandang sangat berperan penting dalam pemeliharaan ayam kampung [12].

Keunggulan

Ayam yang dikandangkan lebih mudah dikontrol keberadaannya, dapat mempercepat populasinya dengan cara setiap ayam yang bertelur diambil dan dikumpulkan untuk ditetaskan secara bersama dalam satu indukan atau mesin penetas [3]. Anak ayam tidak harus mengikuti induknya [3]. Namun dapat dipisah dan ditempatkan dengan pemberian panas cahaya listrik (untuk penghangat) dan makanan yang sesuai [3].

Kelemahan

Apabila kondisi kandang tidak diperhatikan dan tidak sesuai syarat, maka kondisi hewan peliharaan jstru akan memburuk, hal ini disebabkan kondisi yang telah membuat hewan ternak memiliki ketergantungan terhadap pemeliharanya, sehingga memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan dengan cara diliarkan [12]. Oleh karena itu kondisi kandang merupakan hal yang sangat penting dalam cara pemeliharaan ini, misalnya pada saat pembuatan kandang harus diperhatikan beberapa faktor, di antaranya yaitu masalah biologis ayam yang akan menempatinya, teknik pembuatan kandang yang berhubungan langsung dengan masalah bentuk dan kualitas bahan, serta masalah iklim, suhu, pergerakan angin dan pengaturan udara yang berhubungan langsung dengan temperatur dan kelembaban kandang serta ventilasi udara [12].

Kebiasaan atau sifat ayam kampung yang merugikan

Beberapa kebiasaan atau sifat yang kampung yang meugikan, di antaranya yaitu :[12].
1. Kanibalisme
Kanibalisme pada ayam kampung adalah mematuk bahkan memakan kawan sendiri [12].Kanibalisme pada ayam kampung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ayam kekurangan zat makanan, misalnya protein, mineral dan air minum; jumlah ayam dalam satu kandang terlalu padat, sehingga ayam saling berebut tempat yang paling menyenangkan; udara dalam kandang terlalu panas, karena sistem ventilasi kandang kurang baik; ayam kekurangan grit [12].
2. Memakan telur
Peristiwa ayam memakan telur (egg eating) sering dijumpai pada pemeliharaan ayam sistem kandang litter. Untuk menghindari ayam memakan telurnya sendiri, zat-zat mineral (NaCl dan Ca)dan air minum yang dibutuhkan ayam harus dipenuhi [12].
3. Rontok Bulu
Rontok bulu merupakan peristiwa alami yang wajar bagi ayam. Tetapi bila hal ini terjadi terlalu cepat, jelas akan merugikan peternak ayam [12].

Pemilihan bibit unggul

Dalam pengembangannya, ditemukan berbagai hambatan untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung yang relatif rendah [14] Hal ini terkait dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional, pakan yang diberikan masih seadanya, dan belum terlaksananya sistem pengendalian penyakit dengan baik [14]Hambatan-hambatan ini menjadi kendala dalam pengembangan ternak ayam kampung di pedesaan [14] Dalam pembudidayaan ayam kampung, permasalahan yang sering ditemui adalah penyediaan bibit ayam kampung unggul [14] Dalam pencarian calon bibit unggul, selain didasarkan dari tampilan luarnya, juga seleksi ayam kampung yang berbasis konsep pemuliaan ternak, sehingga diperoleh bibit unggul, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas ternak [14]
Ciri-ciri bibit unggul ayam, yaitu[15]:
  1. Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya kaki utuh dan leher lurus.
  2. Otot gempal dan kuat, terutama di bagian paha dan dada. Tulangnya juga kuat.
  3. Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak mengkilat. Kondisi bulu yang baik mencerminkan kondisi kulit yang baik pula.
  4. Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
  5. Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
  6. Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
  7. Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan kuat.
  8. Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan.

Penyakit dan Cara Penanggulangannya

Ayam kampung termasuk jenis unggas yang tahan terhadap penyakit [12]. Tetapi tidak berarti bahwa ayam kampung tidak dapat diserang oleh penyakit [12].

Jenis Penyakit

Berikut ini beberapa penyakit yang sering menyerang ayam kampung [12].
1. Tetelo (New Castle Desease:ND)
Penyakit tetelo (New Castle Desease:ND)merupakan penyakit ayam yang sangat berbahaya dan sulit ditanggulangi [12]. Penularannya dapat melalui berbagai media, antara lain : Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; Tamu yang masuk kedalam kompleks peternakan membawa bibit kuman penyakit ini; Tempat makan dan minum yang kurang bersih, sehingga mudah ditempeli oleh virus penyakit ini; Burung-burung liar (misalnya burung gereja) yang ikut memakan makanan ayam. Tingkat kematian akibat penyakit ini sangat tinggi, sekitar 10-100% [12].
2. Pilek (snot)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri (Hemophilus galiarum) [12]. Penularannya dapat melalui berbagai media, antara lain :Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; Melalui udara, debu, makanan dan alat-alat dalam kandang yang kurang bersih; Tamu yang masuk kedalam kompleks peternakan membawa bibit kuman penyakit ini; Burung-burung liar (misalnya burung gereja) yang ikut memakan makanan ayam [12]. Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit ini juga sangat tinggi [12].
3. Berak darah (Coccidiocis)
Berak darah (Coccidiocis) dapat menyerang ayam segala umur. Penularannya dapat terjadi melalui : binatang lain (seperti tikus, burung, ayam liar yang masuk kedalam kandang dan telah membawa bibit penyakit atau empat makan dan minum yang kurang bersih [12].
4. Sesak napas
Sesak napas penyebabnya adalah bakteri (Mycroplasma gallisepticum). Penyakit ini menyerang alat-alat pernapasan, sehingga ayam kesulitan untuk bernapas [12].
5. Berak Kapur
Berak kapur disebabkan oleh bakteri (Salmonella pullorum). Penyakit ini lebihsuka menyerang anak ayam dan ayam dara [12]. Penularannya melalui : Telur; Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; peralatan penetasan dan peralatan-peralatan kandang yang kurang bersih [12].

Cara Menanggulangi Penyakit

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penularan penyakit, peternak harus segera mengakaratina ayam yang dicurigai sakit, melarang atau membatasi tamu yang masuk kekompleks peternakan [12]. Disamping itu kebersihan peralatan kandang, seperti tempat pakan dan minum serta keadaan kandang harus selalu diperhatikan [12].

Contoh Manfaat persilangan ayam kampung

Persilangan ayam kampung varietas lain dengan ayam pelung bertujuan memanfaatkan pejantan pelung yang kualitas suaranya jelek akan tetapi pertumbuhannya bagus untuk memperoleh nilai tambah atau keunggulan dari hasil persilangan kedua jenis ayam tersebut.[14]


Ayam broiler

Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam[1]. Ayam broiler yang merupakan hasil perkawinan silang dan sistem berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal apabila ayam tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm) yang memproduksi berbagai jenis strain.

Jenis strain ayam broiler

Ayam broiler yang baru menetas
Ayam broiler dewasa yang berada di kandang
Contoh kandang ayam sistem panggung
Dengan berbagai macam strain ayam broiler yang telah beredar dipasaran antara lain:
  1. Super 77
  2. Tegel 70
  3. ISA
  4. Kim cross
  5. Lohman 202
  6. Hyline
  7. Vdett
  8. Missouri
  9. Hubbard
  10. Shaver Starbro
  11. Pilch
  12. Yabro
  13. Goto
  14. Arbor arcres
  15. Tatum
  16. Indian river
  17. Hybro
  18. Cornish
  19. Brahma
  20. Langshans
  21. Hypeco-Broiler
  22. Ross
  23. Marshall”m”
  24. Euribrid
  25. A.A 70
  26. H&N
  27. Sussex
  28. Bromo
  29. CP 707

Ayam broiler dari waktu ke waktu

Ayam broiler atau ayam ras pedaging ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Jaman dahulu sebelum peternakan ayam pedaging berkembang, broiler adalah ayam jantan muda (cockerel) yang diafkir dari peternakan. Breeding nya sendiri dimulai sekitar tahun 1916. Broiler berasal dari hasil persilangan pejantan bangsa Cornish (ayam kelas Inggris yang punya karakteristik tubuh besar, persentase otot dada yang tinggi) serta ayam Plymouth Rocks putih betina (ayam yang memiliki karakteristik tulang besar). Daging ayam hasil persilangan ini mulai diperkenalkan pada tahun 1930an dan menjadi populer pada 1960an.

Tahun 1800an – 1900an

Di Eropa dan Amerika unggas dipelihara pada skala rumah tangga (sistem backyard farming), ayam hidup dan telur ayam digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan kelebihannya dijual ke tetangga.

Tahun 1920an – 1930an

Merupakan awal dari produksi ayam broiler. Tingginya permintaan telur menyebabkan lebih banyak ayam petelur yang dipelihara sehingga ada kelebihan jumlah ayam jantan. Petani menjual kelebihan ayam jantan tersebut sebagai unggas penghasil daging. Selanjutnya terjadi peningkatan permintaan ayam pedaging. Petani menyadari bahwa sebagian jenis ayam sesuai untuk menghasilkan telur sedangkan lainnya sesuai sebagai penghasil daging sehingga ayam dipelihara dengan single purpose, yaitu sebagai penghasil telur saja (layer) atau daging saja (broiler) sehingga produksinya lebih terfokus dan efisien. Ayam dual purpose kurang populer karena produksinya sedang. Telur dan ayam dijual di pasar lokal.

Tahun 1940an

Seleksi genetik, peningkatan nutrisi, ilmu kesehatan hewan, dan kontrol lingkungan mulai diperhatikan pada tahun 1940an untuk meningkatkan performans broiler. Pada tahun 1945, pengusaha Amerika pemilik Atlantik & Pacific Tea Company menyelenggarakan kontes bertema "Chicken of Tomorrow". Babak kualifikasi berlangsung pada tahun 19461947, sedangkan final pada tahun 1948. Penilaian broiler berdasarkan pada beberapa faktor, antara lain laju pertumbuhan, konversi ransum, produksi daging dada dan paha. Pembibit yang unggul dalam kontes tersebut antara lain Peterson, Vantress, Cobb, Hubbard, Pilch, dan Arbor Acres. Seleksi dilakukan secara sederhana melalui metode mass selection berdasarkan karakteristik individu saja, yaitu dengan memilih ayam jantan dan betina dengan bobot terbesar. Sekitar 20 – 40% sifat dapat terkontrol dengan seleksi sederhana ini.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengembangkan sistem penilaian karkas (carcass grading) broiler pada tahun 1949 dengan tujuan untuk membantu konsumen mengetahui kualitas karkas dan menetapkan standar yang harus dicapai peternak[2].

Tahun 1950an - 1960an

Industri ayam broiler mengembangkan semua aspek produksi, pemrosesan, maupun pemasaran sehingga hasilnya lebih efisien dan menguntungkan. Strategi pemasaran ditunjang dengan TV dan media massa untuk mempromosikan konsumsi daging ayam, kalkun, dan telur. National Broiler Council didirikan pada tahun 1954 untuk menstimulasi permintaan konsumen, namanya diganti menjadi National Chicken Council pada tahun 1990. Inspeksi atas industri broiler dilakukan secara mandatoris oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mulai tahun 1959.

Tahun 1970an

Produksi ayam broiler modern semakin berkembang pada tahun 1970an, penelitian mulai banyak dilakukan, banyak penemuan baru mengenai nutrisi, program penanganan penyakit dan teknologi. Kontributor yang penting pada era tersebut adalah mekanisasi processing dan teknologi otomatis. Peningkatan permintaan terhadap daging ayam broiler sangat pesat pada tahun 1980an, daging ayam dianggap sebagai sumber protein hewani yang menyehatkan dan murah jika dibandingkan dengan daging komoditas ternak lainnya. Konsumen memilih ayam yang dijual dalam bentuk potongan (cut up chicken) karena lebih praktis. Daging ayam beku siap olah mulai populer pada era ini. Berbagai restoran makanan cepat saji (fast food) berbahan baku ayam mulai berkembang, berkompetisi dengan restoran ternama seperti Mc Donald's dan KFC. Konsumsi daging ayam di Amerika Serikat pada tahun 1992 melebihi daging sapi.

Tahun 1980an - 1990an

Sistem seleksi di tingkat broiler pembibit juga mulai berkembang pada tahun 1980an – 1990an. Teori indeks seleksi berdasarkan performans keluarga yang dilakukan pada tahun 1970an dikembangkan menjadi metode seleksi dengan BLUP (best linear unbiased prediction) berdasarkan performans individu dan keluarga sehingga dapat diketahui bagaimana suatu sifat berkaitan satu sama lain. Seleksi yang dilakukan terus menerus diikuti dengan inovasi untuk menggabungkan siat-sifat unggul dan mengeliminasi sifat-sifat yang kurang menguntungkan. Pada tahun 2000an hanya ada tiga perusahaan pembibit yang tersisa, yaitu Cobb-Vantress (mencakup brand Cobb, Avian, Sasso, dan Hybro), Aviagen (mencakup brand Ross, Arbor Acres, Lohmann, Indian River, dan Peterson), serta Groupe Grimaud (mencakup brand Hubbard dan Grimaud Frere).

Tahun 1990an - 2000an

Permintaan pasar internasional pada tahun 1990an - 2000an tidak hanya mencakup daging dada, tetapi juga paha (leg quarters) dan cakar, terutama di Asia. Sebanyak 20% daging ayam dari Amerika Serikat diekspor ke berbagai negara. Konsep HACCP (hazard snalysis and vritical control points) mulai dikembangkan sejak 26 Januari 1998 untuk mengatur mengenai keamanan pangan dari aspek produksi, restoran, dan industri penyedia pangan (US Poultry and Egg Association, 2009). Industri perunggasan pada tahun 2000an terfokus pada empat hal, yaitu apakah aman bagi kesehatan manusia, apakah ternak terpenuhi kesejahteraannya, apakah mempengaruhi finansial konsumen, dan apakah menjamin keberlanjutan jangka panjang bagi industri.

Sejarah perkembangan ayam broiler di Indonesia

Perkembangan produksi ayam broiler di Indonesia sempat mengalami pasang-surut. Perkembangan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga periode, yaitu :
  • Periode perintisan (1953-1960)
Pada periode ini diimpor berbagai jenis ayam untuk memenuhi pasar lokal, di antara jenis ayam yang diimpor adalah White Leghorn (WL), Island Red (IR), New Hampshire (NHS) dan Australop. Impor ayam tersebut dilakukan oleh GAPUSI (Gabungan Penggemar Unggas Indonesia). Aksi yang dilakukan adalah melakukan penyilangan antara ayam impor tersebut dengan jenis ayam kampung. Namun saat itu, tujuan penyilangan iu hanya sebagai kesenangan dan hobi, bukan untuk komersial.
  • Periode pengembangan (1961-1970)
Impor bibit ayam secara komersial mulai digalakan pada tahun 1967. Saat itu, Direktoran Jendral Peternakan dan Kehewanan saat itu menyusun program Bimas Ayam dengan tujuan memasyarakatkan ayam ras kepada peternak unggas. Daging semakin sulit didapatkan saat itu sehingga diharapkan program ini dapat meningkatkan konsumsi protein hewani. Apalagi konsumsi perkapita masyarakat terhadap protein hewani sangat rendah, 3,5 gram/kapita/hari.
  • Periode pertumbuhan (1971-1980)
Bimas ayam broiler tahun 1978 merupakan jawaban atas menurunnya populasi sapi saat itu. Sejalan dengan itu, permintaan penduduk terhadap ayam broiler meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan. Namun, pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga pemilikan ayam di Indonesia ditingkat peternak menurun hingga lebih dari 50%. Pada tahun 1999 usaha ayam broiler dan layer mulai mengalami kebangkitan.
Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

Hama dan penyakit pada ayam broiler

Penyakit

  1. Berak darah (Coccidiosis) Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
  2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae) Gejala: ayam sulit bernapas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala tortikolis yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
  3. Gumboro (infectious Bursal Disease) adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ayam broiler yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejalanya diawali hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan di sekitar dubur, diare, dan tubuh bergetar-getar.
  4. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Gejala-gejalanya antara lain ayam sering bersin, ingus keluar lewat hidung, dan ngorok saat bernapas.
  5. Berak kapur (Pullorum), disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Kematian dapat terjadi pada hari keempat setelah infeksi.
  6. PHS (Pulmonary Hypertension Syndrome), PHS yang kemudian diikuti dengan ascites merupakan salah satu penyebab kerugian dalam industri peternakan. PHS biasanya disebut ascites. Penyebab utamanya adalah meningkatnya tekanan hidrostatis intravaskuler dan gagalnya ventricular kanan. Sebagai akibat dari meningkatnya tekanan, transudate pun keluar dari pembuluh darah dan terakumulasi di dalam rongga abdominal.
  7. Bubble foot adalah penyakit ayam yang sering terjadi pada organ kaki ini dikenal dengan istilah bumble foot disease. Penyakit ini semula disebabkan oleh infeksi pada bagian kaki. biasanya buble foot sering ditemukan di peternakan ayam breeder ataupun layer, terutama pada ayam yang berusia 25-40 minggu.

Hama

  1. Tungau (kutuan) gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.

Usaha ternak ayam broiler

Proses panen ayam broiler
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, perikanan atau peternakan. Pengetahuan terapan tentang cara-cara petani atau peternak dalam menentukan, mengorganisasikan serta mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien sehingga memberikan pendapatan maksimal. Usahatani pada skala yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya usahatani skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat usahanya subsiten, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya. Usahatani merupakan proses pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang akan dilakukan dalam usahatani yang akan dan rencana-rencana usahatani berupa pernyataan tertulis yang memuat sesuatu yang akan dikerjakan pada periode waktu tertentu untuk tujuan tertentu sehubungan dengan usahataninya. Manfaat yang dapat diambil petani: petunjuk yang akan dilakukan, pengurangan kesalahan, jaminan pelaksanaan, alat evaluasi, terjaminnya kontinyuitas usaha. Beternak ayam ras pedaging lebih cepat mendatangkan hasil daripada beternak ayam buras. Pada umunya pemeliharaan selama 5-8 minggu ayam broiler sudah mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera dijual. Dengan demikian perputaran modal berjalan dengan waktu yang tidak lama. Usaha ternak bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Petani harus memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menentukan harga jual produksi. Biaya – biaya produksi yang dikeluarkan yaitu bibit, pakan, upah tenaga kerja, biaya pembelian dan pemeliharaan peralatan dan biaya sewa tanah. Usaha ternak akan layak diusahakan apabila nilai profitabilitasnya lebih besar dari tingkat bunga perbankan yang berlaku. Salah satu komoditi perunggasan yang memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan adalah peternakan. Ayam ras pedaging karena didukung oleh karakteristik produknya yang dapat diterima oleh semua masyarakat indonesia. Usaha peternakan memerlukan modal yang besar, terutama untuk pengadaan pakan dan bibit. Biaya yang besar ini sulit dipenuhi oleh peternak pada umumnya yang memiliki keterbatasan modal. Berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, usaha peternakan diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
  1. Peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas pertanain terutama tanaman pangan, sedangkan ternak hanya sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga (subsisten) dengan tingkat pendapatan usaha < 30%.
  2. Peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak mengusahakan pertanian campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dari usaha ternak mencapai 30-70%.
  3. Peternakan sebagai usaha pokok, yaitu peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dengan tingkat pendapatan berkisar antara 70-100%.
  4. Peternakan sebagai industri dengan mengusahakan ternak secara khusus (specialized farming) dan tingkat pendapatan dari usaha peternakan mencapai 100%. Usaha peternakan komersil umumnya dilakukan oleh peternak yang memiliki modal besar serta menerapkan teknologi modern.
Luas lahan berpengaruh terhadap skala usaha atau populasi ayam yang yang dipelihara. Karena populasi ayam yang dipelihara disesuaikan dengan luas kandang yang akan dibangun. Peternak biasanya memanfaatkan lahan yang ada sehingga kandang-kandang yang dibangun terkesan dipaksakan tanpa memperhatikan jumlah ayam yang akan dipelihara. Ada 3 hal penting dalam usaha ternak ayam broiler yang harus ditangani secara ketat (rutin dan teliti), yaitu:
  1. Pakan dan air
  2. Obat, vitamin, sanitasi dan vaksin
  3. Perkandangan
Ketiganya saling mendukung sehingga pelaksanaannya harus bersamaan. Bila tidak ada ketidaksempurnaan penanganan dari ketiga hal tersebut maka pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi performans sangat besar seperti tingkat konversi pakan menjadi rendah (efisiensi tinggi), pertumbuhan terhambat dan tingkat kematian tinggi.

Jenis usaha ayam broiler

Metode kandang ayam broiler secara tertutup (close house)
Ada berbagai macam jenis sistem usaha yang saat ini berjalan, yaitu

Peternak mandiri

Peternak non mitra (mandiri) adalah peternak yang mampu menyelenggarakan usaha ternak dengan modal sendiri dan bebas menjual outputnya ke pasar. Seluruh kerugian dan keuntungan ditanggung sendiri. Pendapatan peternak ayam ras pedaging baik yang mandiri maupun pola kemitraan sangat dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yaitu bibit ayam (DOC); pakan; obat-obatan, vitamin dan vaksin; tenaga kerja; biaya listrik, bahan bakar; serta investasi kandang dan peralatan. Peternak non mitra prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai berternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak. Adapun ciri ciri peternak mandiri adalah mampu membuat keputusan sendiri tentang:
  1. Perencanaan usaha peternakan
  2. Menentukan fasilitas perkandangan;
  3. Menentukan jenis dan jumlah sapronak (sarana produksi ternak) yang akan digunakan;
  4. Menentukan saat penebaran DOC di dalam kandang;
  5. Menentukan manajemen produksi;
  6. Menentukan tempat dan harga penjualan hasil produksi;
  7. Tidak terikat dalam suatu kemitraan.
Alasan peternak beralih menjadi kemitraan, yaitu:
  1. Kekurangan modal usaha;
  2. Mengurangi risiko kegagalan/kerugian;
  3. Untuk memperoleh jaminan kepastian penghasilan;
  4. Untuk memperoleh jaminan kepastian dalam pemasaran;
  5. Untuk mendapatkan jaminan kepastian supply.
Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak.

Kemitraan

Kemitraan adalah pola kerjasama antara perusahaan peternakan selaku mitra usaha inti dengan peternak rakyat selaku mitra usaha plasma, yang dituangkan dalam bentuk ikatan kerjasama. Melalui kemitraan diharapkan terjadi kesetaraan hubungan antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga memperkuat posisi tawar peternak, berkurangnya resiko usaha dan terjaminnya pasar yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan peternak. Kemitraan dimaksudkan sebagai upaya pengembangan usaha yang dilandasi kerjasama antara perusahaan dari peternakan rakyat dan pada dasarnya merupakan kerjasama vertikal (vertical partnertship). Kerjasama tersebut mengandung pengertian bahwa keduabelah pihak harus memperoleh keuntungan dan manfaat. Peternak pola kemitraan (sistem kontrak harga) adalah peternak yang menyelenggarakan usaha ternak dengan pola kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak sebagai plasma dimana dalam kontrak telah disepakati harga output dan input yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti. Peternak menerima selisih dari perhitungan input dan output. Peternak plasma yang mengikuti pola kemitraan cukup dengan menyediakan kandang, tenaga kerja, peralatan, listrik dan air, sedangkan bibit (DOC), pakan dan obat-obatan, bimbingan teknis serta pemasaran disediakan oleh perusahaan inti Pada saat panen perusahaan inti akan memotong utang peternak plasma berupa DOC, pakan dan obat-obatan. Apabila terjadi kerugian, maka yang menanggung risiko adalah perusahaan sebatas biaya DOC, pakan dan obat-obatan. Plasma akan memperoleh bonus, apabila Feed Conversion Ratio(FCR) lebih rendah dari yang ditetapkan oleh inti. Sedangkan bagi peternak non mitra, seluruh biaya operasi dan investasi serta pemasaran diusahakan sendiri. Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika bisnis (nilai, moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Suatu pola kemitraan yang ideal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Pola tersebut mampu mengakomodasi kepentingan ekonomi peternak rakyat dan inti melalui secara progresif
  2. Pola kemitraan mampu mencapai efisiensi dan perbaikan kinerja sistem secara keseluruhan
  3. Mampu meredam gejolak yang bersumber dari faktor eksternal dan mengelola resiko yang mungkin timbul serta mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
Pola kemitraan ayam broiler tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan industri ayam broiler di Indonesia. Bahkan pola kemitraan tersebut dilahirkan dari sejarah industri ayam ras sebagai salah satu solusi untuk menciptakan harmonisasi antar pelaku ekonomi dalam industri ayam ras pedaging. Dalam usaha peternakan ayam rakyat khususnya untuk budidaya ayam ras kebijakan yang ditempuh adalah mengutamakan usaha budidaya bagi peternakan rakyat, perorangan, kelompok maupun koperasi[3] sesuai dengan keppres No. 22 tahun 1990.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar